BAB II
PEMBAHASAN
PEMIKIRAN ISLAM DI INDIA
1. Sejarah Lahirnya pemikiran islam di India
India yang berpenduduk
871 juta jiwa (tahun 1990), sebanyak 11,4% menganut ajaran Islam. Di sepanjang
sejarahnya masyarakat muslim India meski merupakan kelompok minoritas, namun
memberikan sumbangan peradaban yang sangat berarti bagi dunia. Peranannya dapat
dilihat dari beberapa sejak sebelum Kerajaan Mogul, masa kekuasaan Kerajaan
Mogul, masa penjajahan Inggris dan masa kontemporer hingga sekarang. Masyarakat
muslim mulai masuk anak benua India sejak abad pertama hijriyah berlangsung
secara bergelombang, orang-orang Arab masuk sekitar abad kedelapan, orang-orang
Turki mulai masuk abad keduabelas dan orang-orang Afghan masuk abad
keenambelas.
Khalifah Umar bin
Khattab memerintahkan ekspedisi pada tahun 643, sepeninggal khalifah
orang-orang Arab membuka jalan dengan menguasai Bakra di Baluchistan. Pada masa
Bani Umayyah di bawah panglima Muhammad bin Qasim melanjutkan ekspedisi dan
menguasai Sind dan mulai tahun 871 kaum muslimin mulai menetap di sana. Mahmud
Gaznawi tahun 1020 mengembangkan pengaruhnya dan mampu mengajak raja-raja
setempat dalam Islam.
Sepeninggal Mahmud
Gaznawi muncul dinasti kecil seperti Mamluk, Khalji, Tugluq dan terakhir
dinasti Lody yang didirikan Bahlul Khan Lody. Ketika terjadi kekacauan di
negerinya, raja mengundang Zahiruddin Muhammad Babur dari Kabul yang di
kemudian hari berhasil mendirikan Kerajaan Mogul tahun 1526. Sepeninggal Babur
Mogul dipimpin putranya Humayun namun kalah menghadapi Bahadur Syah dari
Gujarat, baru 15 tahun kembali berkuasa dan meninggal dunia setahun kemudian.
Akbar Khan
menggantikan dan memerintah 49 tahun sehingga puncak masa kejayaan dapat diraih
setelah berhasil mempersatukan daerah, golongan dan agama di India. Mogul di masa
jayanya berhasil membangun peradaban bahkan menjadi negara adikuasa dengan
menguasai beberapa wilayah. Luasnya membentang meliputi Kabul, Lahore, Multan,
Gujarat, Delhi, Agra, Oud, Allahabad, Ajmer, Melwa, Bihar, Bengal, Kandes,
Berar, Ahmadnagar, Ousra, Bajipur, Galkanda, Tajore dan Trichinopoli.
Dalam
bidang ekonomi umat Islam di Mogul berhasil mengekspor sejumlah produk ke
Eropa. Sedang dalam bidang pendidikan dan ilmu Mogul berhasil mencapai prestasi
cemerlang. Mereka membangun masjid, madrasah dan perpustakaan. Pengajaran
terdiri berbagai ilmu seperti logika, filsafat, geometri, geografi, sejarah,
politik dan matematika. Di masdrasah pelajaran meliputi ilmu tafsir, hadis,
fiqih. Sedang perpustakaan di Agra mengoleksi lebih 24 ribu buku. Sekolah tinggi
terkemuka dibangun pada masa itu. Dalam bidang arsitektur berkembang sangat
mengagumkan, banyak bangunan indah yang dihasilkan pada masa pemerintahan
Mogul. Benteng Merah menjadi salah satu bangunan megah, selain bangunan masjid,
istana dan makam para pembesar kerajaan. Puncak karya arsitektur paling tinggi
ketika itu yang dapat disaksikan hingga hari ini adalah Taj Mahal.
Taj
Mahal yang di dalamnya berdiri bangunan masjid, satu dari tujuh keajaibah
dunia. Bangunan indah dan megah itu sumbangan peradaban masyarakat muslim,
sebuah karya arsitektur yang sangat tinggi.
Taj
Mahal yang dibangun Syah Jehan Raja Mogul V untuk menghormati istrinya Arjuman
Banu Begum atau Mumtaz Mahal, terletak di pinggir Sungai Yamuna, Agra, India
sekitar 190 kilometer dari New Delhi. Istana pilihan yang di dalamnya terdapat
makam mulai dibangun tahun 1632 dengan mempekerjakan 20.000 orang, total biaya
mencapai 40 juta rupee. Bangunan inti selesai tahun 1643 dan secara keseluruhan
selesai tahun 1654.
Taj
Mahal menjadi lambang kejayaan Dinasti Mogul, stabilitas di tengah penduduk
yang majemuk namun kepemimpinan raja bijak, meski menganut ajaran Islam tapi
tetap memberikan hak hidup terhadap beragam agama dan keyakinan. Syah Jehan
mewarisi kebijakan pendahulunya dalam kepemimpinan sehingga tampil sebagai
pemimpin yang sukses.
Taj
Mahal merupakan gabungan berbagai arsitektur yang berkembang zaman itu,
perpaduan karya arsitek terkemuka yang mengadopsi corak bangunan dari India,
Pesia dan Asia Tengah. Konsultan pembangunan didatangkan dari Turki, Ustadz Isa
seorang arsitek terkemuka ketika itu. Sebuah kerja yang mengagumkan sehingga
mendatangkan kekaguman di sepanjang zaman melintasi batas ruang dan waktu.
Kompleks
Taj Mahal berbentuk bujur sangkar, membujur dari utara ke selatan terdiri tiga
bagian. Di tengah terdapat taman bungan dengan kolam air mancur yang sangat
menawan. Antara satu bagian dengan lainnya dibatasi bidang empat persegi
panjang. Pintu gerbang di bagian selatan dan mausoleum sebagai bangunan utama
dilingkupi dua bangunan simetris. Di bagian barat terdapat masjid dan timur ruang jawaban.
Mausoleum berbentuk
segi delapan dan di atasnya ditutup kubah, tinggi bangunan tujuh meter dan
puncak kubahnya mencapai 26 meter. Dinding bagian dalam dilapisi batu pualam
warna kemerah-merahan dan di bagian luar sudut-sudutnya terdapat menara yang
menjulang tinggi. Bangunan masjid dan ruang jawaban dibuat menghadap mausoleum,
bahan bangunan untuk masjid terdiri pasir dan marmer yang disusun sesuai
keindahan dekoratif. Masjid di bagian dalam Taj Mahal hingga sekarang masih
digunakan masyarakat muslim untuk menunaikan shalat Jumat.
Sepeninggal
Aurangzeb tahun 1707 Mogul mengalami masa surut sangat cepat, banyak peperangan
dan persaingan dari dalam istana sehingga menjadikan musuh-musuh mengincar. Kaum penjajah dari Eropa seperti Inggris, Perancis,
Belanda dan Portugis mulai mencapkan pengaruhnya di India.
Inggris datang ke
India semenjak permulaan abad XVII sebagai pedagang dengan angkatannya yang
bernama "The East India Company." Mengetahui pertentangan-pertentangan
antara sesama wilayah bawahan kesultanan Islam di satu pihak, dan antara
Kesultanan Islam dan bekas kerajaan Hindu sebagai taklukannya di pihak lain,
akhirnya bangsa Inggris melaksanakan politik mengail di air keruh. Selera mereka
tumbuh hendak menguasai wilayah, terutama di sekitar pabrik-pabrik yang telah
mereka dirikan.
Dengan politik adu domba yang lihai, mereka
berhasil. Madras dikuasai pada tahun 1639. Kota Bombay tahun 1660 jatuh pula ke
tangan mereka. Demikianlah selanjutnya dengan kekuatan bedil, politik adu-domba
dan senjata uang, dilumpuhkannya kekuasaan hakiki kesultanan Islam Mongol.
Walupun sesekali memberontak, tetapi tetap bisa dikalahakan oleh Inggris. Hal
yang sama diderita pula oleh raja-raja Hindu, seperti kerajaan Maratha, yang
mencoba melawan Inggris pada tahun 1817-1818
Meski di
bawah kekuasaan penjajahan Inggris, namun muncul pemikiran dari tokoh-tokoh
masyarakat muslim untuk memperjuangkan kemajuan umat Islam. Pembaruan
pemikiran, pemurnian ajaran Islam dan gagasan untuk melepaskan dari kaum
penjajah terus berlangsung. Syah Waliullah, Sayid Ahmad Khan, Sayid Amir Ali,
Muhammad Iqbal, Mohammad Ali Jinah, Abdul Kalam Azad dan sejumlah tokoh lain
membangkitkan umat Islam India.[1]
Di bawah ini
pemakalah paparkan beberapa tokoh pemikir islam yang berkembang di india beserta
gerakannya yang hidup dan dikenang sampai sekarang ini.
2. Gerakan Islam Dan Pemikiran Parah Tokoh Di
India
1.
Gerakan Mujahidin
- Sayyid Ahmad.
Dengan golongan
Mujahidinnya Sayyid Ahmad mencoba memulai peperangan terhadap golongan sikh di
India Utara. Peperangan ini berbuah kemenangan pada kelompok Mujahidin,
mereka dapat menguasai Akora yang merupakan pusat kekuatan golongan Sikh.
Ide atau pemikiran yang dimunculkan oleh Sayyid Ahmad
ialah merubah sistem pemerintahan dari monarki kepada sistem imamah, yaitu
negara dipimpin oleh seorang imam.
Sistem pemerintahan imamah dibentuk pada tahun 1827,
dalam menjalankan tugasnya, imam mengangkat seorang khalifah sebagai wakilnya
di kota-kota penting.
Diantara tugas
mereka yaitu mengumpulkan zakat untuk pemerintahan imam dan mencari mujahidin
untuk meneruskan jihad[2]
Namun, sistem
imamah yang didirikan oleh Sayyid Ahmad tidak bertahan lama, golongan Sikh
menganggap gerakan Mujahidin mengancam kekuasaan mereka. Golongan Sikh di bantu
oleh golongan-golongan non muslim seperti golongan Barakzai melangsungkan
pertempuran di Balekot dan pada pertempuran inilah Sayyid Ahmad mati terbunuh.
Menurut Harun Nasution setelah meninggal Sayyid Ahmad,
para pengikutnya terpecah menjadi dua golongan. Golongan pertama mereka bergerak di bidang pendidikan dengan mendirikan
madrasah deoband, golongan ini berpendapat tidak cukup kekuatan untuk
melanjutkan perjuangan. Namun demikian, madrasah deoband banyak memberikan
pengaruh terhadap pembaharuan islam India dengan lahirnya tokoh-tokoh terkenal.
2.
Gerakan Intelektual
- Muhammad
Qasim Nanantawi dan Mawlana Ishaq (Madrasah Deoband)
Sepeninggalan Sayyid Ahmad Syahid, gerakan
intelektual melawan kolonial Inggris terus dilakukan oleh para pengikut Sayyid
Ahmad Syahid. Pada tahun 1857 madrasah Deoband melalui Mawlana Muhammad Qasim
Nanantawi dan Mawlana Ishaq, seorang cucu dari Syah Abdul Aziz ditingkatkan
menjadi perguruan tinggi.
Ide-ide Syah Waliullah yang kemudian
ditonjolkan oleh sayyid Ahmad Syahid dan gerakan Mujahidin, itulah menjadi
pegangan bagi Deoband[3]
Ide-ide itu meliputi:
1)
Bidang agama,
pemurnian ajaran Islam India dari paham-paham salah yag dibawa tarekat dan dari
keyakinan animisme lama dan pemurnian dari perkatek keagamaan seperti bid'ah.
2)
Bidang politik
dan pendidikan, Deoband mengambil sikap anti Inggris. Sikap anti inggris ini
dilator belakangi oleh para pendiri deoband mayoritas pemuka gerakan mujahidin.
Mereka mendirikan deoband untuk menentang pendidikan sekuler inggris dan juga
sebagai reaksi terhadap usaha kristenisasi di India.
3. Gerakan Aligarh
1) Sayid Ahmad Khan (1817-1898)
Sayid Ahmad Khan lahir pada tahun 1817
Masehi keturunan dari Rasulullah Muhammad SAW, dari pihak Husein. Neneknya
adalah seorang pembesar istana di zaman Alamghir II (1754-1759). Pendidikan
yang ia tempuh melalui pendidikan tradisional dalam pengetahuan agama dan
disamping bahasa Arab ia juga belajar bahasa Inggris.
Menurut pemikiran Sayid Ahmad Khan kemajuan
ummat Islam bukan cara memusuhi Inggris dan bekerja sama dengan Hindu, tetapi
harus dekat dengan orang-orang Inggris, karena kamajuan Islam tidak terlepas
dari penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Sedangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi modern banyak dihasilkan oleh orang-orang Inggris.
Penafsiran dan interpretasi yang diberikannya terhadap ajaran-ajaran Islam
lebih dapat diterima oleh golongan terpelajar (Islam) dibandi dari hasil
penafsiran yang lama atau sebelumnya.
Pemikirannya dalam keagamaan itu antara lain :
Pemikirannya dalam keagamaan itu antara lain :
a)
Perkawinan menganut asas monogami, poligami bertentangan dengan
semangat.
b)
Islam dan hal
ini tidak akan diizinkan kecuali dalam keadaan memaksa.
c)
Islam dengan
tegas melarang perbudakan, termasuk perbudakan dari tawanan perang, meskipun
syariat memperkanankannya.
d)
Bank Modern,
transaksi perdagangan, pinjaman serta perdagangan internasional yang meliputi
ekonomi modern, meskipun semua itu mencakup pembayaran bunga, tidaklah dianggap
riba, karena hal itu tidak bertentangan dengan hukum Al-Qur'an.
e)
Hukum potong
tangan yang didasarkan pada Al-Qur'an dan Sunnah bagi pencuri, lemparan batu
serta cambukan 100 kali bagi pezina hanya sesuai dengan masyarakat primitif
yang kekurangan tempat penjara atau tidak mempunyai penjara.
f)
Jihad itu
dilarang kecuali dalam keadaan memaksa untuk mempertahankan diri.
Setelah Sayyid Ahmad Khan wafat pada
tanggal 24 Maret tahun 1898, ide ide pembaharuan yang dicetuskan Sayyid Ahmad
Khan dianut dan disebarkan selanjutnya oleh pengikut dan pada akhirnya lahirlah
sebuah gerakan yang disebut Gerakan Aligarh Ada beberapa tokoh Aligarh yang
berpengaruh dan melanjutkan ide-ide pembaharuan yang dicetuskan Sayyid Ahmad
Khan, di antaranya:
2) Nawab Muhsin
Al-Mulk
Setelah Sayyid Ahmad Khan menghadapi masa
tua, pimpinan Muhammedan Angol Oriental Conference (M.A.O.C.) pindah ketangan
Sayyid Mahdi Ali yang lebih dikenal dengan nama Nawab Muhsin Al-Mulk
(1837-1907). Pada mulanya ia adalah pegawai Serikat India Timur, kemudian
menjadi pembesar di Hyderabad.
Ia pernah berkunjung ke Inggris untuk keperluan Pemerintah Hyderabad.
Di tahun 1863 ia berkenalan dengan Sayyid Ahmad Khan dan antara
keduanya terjalin tali persahabatan yang erat. la banyak rnenulis artikel
Tahzib Al Akhlaq dan kemudian juga di majalah yang diterbitkan M.A.O.C. la
pindah ke Aligarh dan menetap di sana mulai dari tahun
1893. Pada tahun 1897 ia menggantikankan kedudukan Sayyid Ahmad Khan di
M.A.O.C. Ia mempunyai jasa yang besar dalam menyebarkan ide ide Sayyid Ahmad
Khan yang- dilakukannya melalui Muhammedan Educational Conference[4]
Muhsin al-Mulk tidak hanya membawa para ulama dekat dengan Aligarh, lebih jauh ia
mampu menarik beberapa lawan politik pendiri Perguruan Tinggi tersebut. Ia
adalah orang yang paling cinta damai, namun ia dihadapkan juga kepada
kontraversi Hindu-Urdu yang telah ada sejak akhir-akhir kehidupan Sayyid Ahmad
Khan. Inilah yang pada akhirnya menyebabkan ia mengundurkan dari Perguruan
Tinggi tersebut. Ia wafat 16 Oktober 1907, dan dikuburkan di
samping kuburan Sayyid Ahmad Khan di Aligarh[5]
Yang menjadi perbedaan faham keagamaan dan
politik Aligarh dan Deoband. Dari segi politik Deoband anti terhadap Inggris dan Aligarh justru sebaliknya
pro terhadap Inggris. Dari segi keagamaan Deoband tetap mempertahankan taklid
kepada ulama' klasik dan menutup pintu ijtihad, beda halnya dengan gerakan Aligarh mereka tidak
menutup pintu ijtihad. Tetapi pada akhirnya sikap Deoband yang tadinya keras
bisa melembut dan berubah terhadap sikap yang tadinya mempertahankan tradisi
dan menutup pintu ijtihad, perlahan mulai membuka pintu ijtihad. Karena
"Dalam menghadapi golongan ulama Nawab Muhsin al-Mulk bersikap lebih
lembut dari Sayyid Ahmad Khan."[6]
Dari bidang politik Nawab Muhsin Al-Mulk
jelas terlihat. Nawab Muhsin Al-Mulk tidak ragu-ragu memasuki bidang politik.
Ini terlihat dari usahanya dalam membentuk Delegasi Umat Islam India karena
pada waktu itu pemimpin –pemimpin Islam India yang duduk di dalam Dewan-Dewan
Perwakilan Daerah melihat bahwa. sebagai minoritas umat Islam tidak dapat
menandingi golongan mayoritas Hindu, dalam pemilihan yang akan diadakan. Oleh
karena itu, kepada umat Islam harus diberikan daerah-daerah pemilihan terpisah.
Delegasi umat Islam India diterima oleh Lord Minto dan
tuntutan diterima. Peristiwa itulah yang membawa kepada terbentuknya Liga
Muslimin India
di tahun itu juga 1906[7]
Dalam bidang politik terlihat antara Sayyid Ahmad Khan dan Nawab
Muhsin Al-Mulk mempunyai perbedaan prinsip, Sayyid Mahdi Ali yang lebih dikenal
dengan Nawab Muhsin Al-Mulk ia tidak ragu-ragu dalam memasuki bidang politik.
Dan sebaliknya, Sayyid Ahmad Khan berprinsip turut campur dalam bidang politik
akan merugikan umat Islam India.
Ia berpendapat bahwa kemajuan bukannya melalui jalan politik.
Adapun prestasi yang tidak dicapai pada masa Sayyid Ahmad Khan
dan dicapai oleh Nawab Muhsin Al-Mulk di antaranya :
·
Dalam bidang sosial keagamaan. Berubahnya sikap Deoband yang
tadinya bersikap keras dalam mempertahankan taklid kepada para ulama' klasik
menjadi lebih melembut akan adanya perbedaan sikap yang berbeda dari k mereka,
·
Dalam bidang pendidikan berhasil mempopulerkan gerakan Aligarh, ini terlihat
dalam meningkatnya jumlah siswa di zamannya, yang dahulunya 343 sampai 800
siswa.
·
Dalam bidang politik berhasilnya membentuk Delegasi Umat Islam India untuk
berjuang dalam mendapatkan daerah –daerah pemilihan terpisah dari golongan
mayoritas Hindu.
3)
Viqar Al-Mulk
Pemimpin lain yang berpengaruh ialah Viqar
al Mulk (1841 1917). Ia semenjak muda telah menjadi pembantu dan pengikut
Sayyid Ahmad Khan. Di tahun 1907 ia menggantikan Nawab Muhsin AI Mulk dalam
pimpinan M.A.O.C.(harun, 176)
Masa inilah terjadinya perubahan-perubahan
besar dalam adminsitrasi Perguruan Tinggi Aligarh, bahkan dalam kebijaksanaan
politik umat muslim India.
Viqar al-Mulk bernama Mushtaq Hussain yang lahir 1841, di
Distrik Moradabad,
United Pravinces. Ia adalah rekan Sayyid Ahmad Khan
dan juga Muhsin al-Mulk. Bersama dengan Muhsin al-Mulk ia selalu bekerja sama
dalam masalah administrasi Aligarh. Dan setelah Muhsin al-Mulk meninggal pada
tahun 1907, ia dipilih menjadi Sekretaris Badan Pendiri.
Pada masa Viqar ini terjadi pertentangan
antara Viqar al -Mulk dengan Mr. Archbold yang menjadi Direktur M.A.O.C. di
waktu itu. Dalam pertentangan ini Gubernur Daerah menyebelah Archbold sedang
Viqar al Mulk disokong oleh Agha Khan serta Amir Ali dan selanjutnya oleh masyarakat
Islam di luar. Archbold akhirnya terpaksa mengundurkan diri. Kekuasaan Iriggris
di M.A.O.C. dari semenjak itu mulai berkurang. Pada masa Viqar inilah
berakhirnya kontraversi tentang administrasi Perguruan Tinggi, dan di mulainya
era baru bagi perjalanan Aligarh.
Ini berarti bahwa di masa Sayyid Ahmad Khan dan Nawab Muhsin
Al-Mulk kekuasan besar yang menjadi direktur M.A.O.C. yang pada saat itu ialah
orang Inggris, tetapi pada masa Viqar Al-Mulk kekuasan besar yang menjadi
direktur M.A.O.C. yang dipegang oleh orang Inggris berkurang. Karena
tersingkirnya orang Inggris (Archbold) yang menjadi direktur dalam M.A.O.C.
yang mengundurkan diri akibat terjadinya pertentangan antara dia dengan Viqar
Al-Mulk yang banyak mendapat dukungan atau sokongan dari masyarakat Islam di
luar.[8]
Ada salah seorang
sahabat dari sayyid Ahmad Khan yang sangat tidak setuju dengan kekuasaan
direktur yang begitu besar dari orang Inggris dalam M.A.O.C. Dari hal itu ia
memutuskan hubungan dengan M.A.O.C. yaitu Maulvi Sami Allah
Viqar Al-Mulk populer di kalangan ulama' India, ia mendapat simpati dari kalangan ulama' India
dengan menerapkan dengan kuat hidup keagamaan di M.A.O.C. pelaksanaan ibadat
misalnya : shalat dan puasa dan memperketat pengawasannya. Lulus dalam ujian
agama menjadi syarat untuk dapat naik tingkat.(harun, 176) Hal ini wajar jika
Viqar Al-Mulk lebih populer dan disenangi ulama' India dari pada Sayyid Ahmad Khan
pada waktu itu. Sedangkan Sayyid Ahmad Khan lebih populer di kalangan pelajar.
Dalam pandangan politik ia tidak sama dengan Sayyid Ahmad Khan
meskipun dahulunya ia sependapat bahwa Inggris lah yang dapat menciptakan
kelanjutan wujud umat Islam India
akan dapat terjamin hanya dengan berlanjutnya kekuasaan Inggris. Tetapi ia pada
akhirnya merubah pandangan bahwa Inggris bukan tempat orang Islam
menggantungkan nasib dalam kelanjutan wujud umat Islam India. Karena ia berpendapat
Inggris tidak akan pernah peduli terhadap penderitaan dari umat Islam di India,
bisa kami gambarkan melalui pepatah habis manis sepah dibuang.
Tetapi terhadap partai Kongres Nasional India, pendiriannya
tetap tidak berubah. Orang Islam harus mempunyai partai sendiri dan harus
mempertahankan Liga Muslimin India.
Yang dahulu pada masa Sayyid Ahmad Khan dan Nawab Muhsin Al-Muk ketergantungan
gerakan Aligarh kepada Inggris kuat, tetapi pada masa Viqar Al-Mulk telah mulai
berkurang dan tidak lagi sekeras dizaman Sayyid Ahmad Khan dan Nawab Muhsin
Al-Mulk dahulu. Hal ini menggambarkan bahwa Viqar Al-Mulk tidak mau bergantung
kepada Inggris seperti yang dilakukan oleh Ahmad Khan dan Nawab Muhsin Al-Mulk
pada masa sebelumnya.
4)
Altaf Husain Ali
Tokoh India
lainnya yang terkenal sebagai penyebar ide ide pembaharuan Sayyid Ahmad Khan
adalah Altaf Husain Hali (1837- 1914). Ia pernah bekerja sebagai penerjemah di
kantor Pemerintah Inggeris di Lahore, tetapi kemudian pindah ke Delhi. Di sinilah ia berkenalan dengan Sayyid Ahmad Khan dan keduanya menjadi
teman baik. Hali terkenal sebagai seorang penyair, tetapi ia juga menulis
karangan karangan untuk Tahzib Al Akhlaq. Atas permintaan Sayyid Ahmad Khan ia
menulis syair tentang peradaban Islam di Zaman Klasik. Keluarlah di tahun 1879
apa yang terkenal dengan nama Musaddas. Syair itu antara lain juga mengandung
ide ide Aligarh. Musaddas sangat berpengaruh terhadap ummat Islam India,
sehingga dikatakan bahwa di samping MAOC dan Muhammedan Educational Conference.
Musadddas lah yang mempunyai jasa besar dalam mempopulerkan gerakan Aligarh[9]
Ia menyebarkan ide – ide pembaharuan
gerakan Aligarh dengan cara yang berbeda dari tokoh yang lain. Ia menyebarkan
ide –ide pembaharuan melalui syair yang terkenal dengan nama musaddas.
Dalam bidang politik ia berpandangan bahwa
umat Islam India merupakan suatu kesatuan tersendiri di samping umat Hindu.
Tetapi bukan anti Hindu.
Semangat patriotisme Hali ini terlihat
dalam Syairnya: Jika Anda ingin kebaikan dari negerimu. Maka janganlah
menganggap sebagai orang asing sesama patriot dari tanah airmu, Apakah ia
Muslim atau Hindu, Apakah Budhis atau Brahma, Pandanglah mereka dengan mata
persahabatan yang syahdu, Anggaplah mereka seperti bagian hitam dari matamu.
Dalam dunia pendidikan ia berbeda pendapat
menurutnya pendidikan wanita ia lebih bersifat progresif. Sedangkan, Sayyid
Ahmad Khan yang memandang kaum wanita belum perlu mendapatkan pendidikan
sebagaimana kaum laki-laki.
5)
Chiragh Ali
Chiragh Ali adalah murid Sayyid Ahmad Khan. Ia melakukan studi
banding tentang Bibble dengan Al-Qur'an, sebagai upaya untuk berargumentasi
dengan penganut kitab Bible. Ia juga melakukan penelitian kembali sumber-sember
hukum Islam. Hasil dari penelitiannya menunjukkan bahwa Islam tidak terikat
pada sistem sosial tertentu. Akhirnya ia pun memunculkan suatu penafsiran yang
menyeluruh dan pembaruan dalam lapangan hukum dan politik yang didasarkan atas
Al-Qur'an.
Menurutnya Al-Quran bukan merupakan penghalang kemajuan
spiritual dan tidak melarang kebebasan berfikir di antara kaum muslimin serta
bukan penghalang inovasi dalam segala aspek kehidupan baik dalam politik
sosial, pemikiran maupun segi moral.
Ini berarti bahwa ia berpendapat Islam harus beradaptasi dengan
kondisi zaman yang berubah-ubah, agar senantiasa mampu hadir ke tengah-tengah
umat dalam menyelesaikan problematika kehidupan yang terjadi. Islam yang
diajarkan oleh Nabi Muhammad di dalamnya terdapat elastisitas atau fleksibel
yang memungkinkan bagi Islam untuk beradaptasi terhadap perkara politik dan
sosial yang terjadi di sekitarnya. Tetapi Islam tidak menentukan sistem sosial
atau politik tertentu. Inti pemikirannya tidak berbeda nyata dengan gurunya
Sayyid Ahmad Khan
6)
Maulvi Nazir Ahmad
Beliau termasuk orang menyebarkan ide –ide
pembaharuan dengan cara yang berbeda yaitu melalui gerakan keilmiahan. Karangan
– karangannya berkisar sekitar soal agama, budi pekerti, dan problem –problem
sosial.
Maulvi berpendapat kemunduran umat Islam,
terletak pada umat Islam itu sendiri dan bukan dating dari luar. Umat Islam tidak
hidup lagi sesuai dengan ajaran-ajaran agama. Ia juga menerjemahkan Al-Qur'an
dalam bahasa Urdu yang pada saat itu banyak dibaca dan berpengaruh pada
masyarakat Islam India, dari
hal itu gerakan Aligarh semakin dekat dengan
golongan ulama' India.
7)
Muhammad Shibli
Nu'mani
Muhammad Syibli Nu'mani (1857 1914) diangkat pada tahun 1883
sebagai Asisten Profesor Bahasa Arab di Aligarh. Ia mempunyai pendidikan
madrasah tradisional dan pernah pergi ke Mekah dan Medinah memperdalam
pengetahuannya tentang agama Islam. Setelah Sayyid Ahmad Khan wafat
meninggal¬kan M.A.O.C.
Ketika di M.A.O.C. ia berjumpa dengan ide ide baru yang dikemukakan oleh Gerakan Aligarh dan tertarik padanya. Latar belakang pendidikan madrasahnya, membuat ia tidak mempunyai sikap se-liberal Sayyid Ahmad Khan. Tetapi ia tidak menentang pemakaian akal dalam soal-soal agama; mempelajari falsafat barat yakin bukanlah haram. Ulama-ulama zaman klasik juga mempelajari dan mengetahui falsafat. Mereka, demikian argumennya lebih lanjut, menyetujui pelajaran falsafat pemikiran modern dalam bentuk moderat dapat diterimanya.[10]
Ketika di M.A.O.C. ia berjumpa dengan ide ide baru yang dikemukakan oleh Gerakan Aligarh dan tertarik padanya. Latar belakang pendidikan madrasahnya, membuat ia tidak mempunyai sikap se-liberal Sayyid Ahmad Khan. Tetapi ia tidak menentang pemakaian akal dalam soal-soal agama; mempelajari falsafat barat yakin bukanlah haram. Ulama-ulama zaman klasik juga mempelajari dan mengetahui falsafat. Mereka, demikian argumennya lebih lanjut, menyetujui pelajaran falsafat pemikiran modern dalam bentuk moderat dapat diterimanya.[10]
Pada tahun 1894 ia mendirikan "Nadwah
Ulama" yang diawali dengan semangat yang tinggi. Sehingga, Suleman Nadwi,
pengganti Syibli menyatakan bahwa "banyak orang percaya bahwa hal ini akan
membawa kepada berdirinya pemerintahan ulama". Inilah nampaknya
gerakan tandingan yang pada akhirnya membawa Aligarh kepada kemunduran.
Banyak kritik-kritik yang dilontarkan Syibli kepada Aligarh, dia tidak
terkesan dengan hasil-hasil intelektual pendidikan modern, karena perlakuan
yang ia terima sebagai Asisten Profesor bahasa. Pada akhirnya ia meninggalkan
MAOC dan pergi ke Lucknow
untuk memimpin perguruan tinggi Nadwat al-Ulama. Pemikiran modern moderat yang
dianutnya membawa perobahan pada perguruan tinggi ini.
Kritik Syibli yang membawa kepada sikap meninggalkan Aligarh adalah bahwa sejak
masa Sayyid Ahmad Khan telah terjadi pemisahan agama dari politik. Walaupun
pada kenyataannya Sayyid Ahmad Khan sangat memperhatikan agama, Shibli percaya
bahwa agama sebagai bantuan untuk tujuan-tujuan duniawi. Ini barangkali obsesi
masa lalu ketika para ulama memegang kekuasaan spiritual sekaligus duniawi.
Pada masa inilah, gaung Aligarh
mulai memudar, namun ide-ide pembaharuan yang dicetuskan melalui lembaga ini
terus dikembangkan oleh tokoh-tokoh yang lahir kemudian
D. Gerakan Sayyid Amir Ali
Sayyid Amir Ali berasal dari keluarga Syi'ah yang di zaman Nadir
Syah (1736 – 1747) pindah dari Khurasan di Persia
ke India.
Keluarga itu kemudian bekerja di Istana raja Mughal. Sayyid Amir Ali lahir di
tahun 1849, dan meninggal dalam usia tujuh puluh sembilan pada tahun 1928.
pendidikannya ia peroleh dari perguruan tinggi Muhsiniyya yang berada didekat
Kalkuta. Disinilah ia belajar bahasa Arab. Selanjutnya ia belajar bahasa Inggris dan kemudian juga sastra Inggris dan
hukum Inggris.
Di tahun 1869 ia pergi ke Inggris untuk
meneruskan studi dan selesai ditahun 1873 dengan memperoleh kesarjanaan dalam
bidang hukum. Selesai dari studi ia kembali ke India dan pernah bekerja sebagai
pegawai Pemerintah Inggris, pengacara, hakim, dan guru besar dalam hukum Islam.
Di tahun 1883 ia diangkat menjadi salah satu dari ketiga anggota Majlis Wakil
Raja Inggris di India. Ia adalah satu-satunya anggota Islam dalam Majlis itu.
Beliau tidak anti pati terhadap dunia
politik bahkan ia memasuki dunia politik. Ini tercermin pada tahun 1877 ia
membentuk National Muhammedan Association, sebagai wadah persatuan umat Islam
dan untuk melatih mereka dalam bidang politik.
Amir Ali juga berpendapat dan berkeyakinan bahwa Islam bukanlah
agama yang membawa kepada kemunduran sebaliknya Islam adalah agama yang membawa
kepada kemajuan dan untuk membuktikannya ia mengajak meninjau kembali sejarah
masa lampau bahwa agama bukanlah yang menyebabkan kemunduran dan menghambat
kemajuan. Ia tidak menutup pintu ijtihad melainkan membuka pintu ijtihad. Pada
pendapat lain juga memberikan pendapat bahwa menggunakan akal bukan suatu dosa
dan kejahatan. Bahkan ia memberikan ayat-atat dan
hadits-hadits untuk menunjang argumen –argumen untuk menyatakan bahwa ajaran –
ajaran itu tidak bertentangan dengan pemikiran akal.
Sayyid Amir Ali untuk memajukan umat Islam
ia berpendirian tidak ingin bergantung atau berkiblat kepada ketinggian dan
kekuatan Barat seperti halnya dengan Sayyid Ahmad Khan. Sayyid Amir Ali dalam
memajukan umat Islam ia berpatokan dan berkiblat pada ilmu pengetahuan yang
dicapai oleh umat Islam di zaman itu, karena mereka kuat berpegang pada ajaran
Nabi Muhammad Saw. dan berusaha keras untuk melaksanakannya.
E. Gerakan Muhammad Iqbal dan Jinnah
Muhammad Iqbal berasal dari keluarga
golongan menengah di Punjab dan lahir di Sialkot pada tahun 1876. untuk
meneruskan studi ia kemudian pergi ke Lahore dan belajar di sana sampai ia
memperoleh gelar kesarjanaan M.A. Ditahun 1905 ia pergi ke Inggris dan masuk ke
Universitas Cambridge untuk mempelajari filsafat. Dua tahun kemudian ia pindah
ke Munich di Jerman, dan di sanalah ia memperoleh gelar Ph.D, dalam tasawuf.
Pada tahun 1908 ia berada kembali ke Lahore
dan di samping pekerjaannya sebagai pengacara ia menjadi dosen filsafat.
Kemudian ia memasuki dunia politik dan di tahun 1930 dipilih menjadi Presiden
Liga Muslimin. Ia wafat dalam usia enam puluh dua tahun ia meninggal di tahun
1938(harun,h. 190-191).
Muhammad Iqbal berpendapat kemunduran umat
Islam selama lima ratus tahun terakhir disebabkan oleh kebekuan dalam
pemikiran. Hukum dalam Islam telah sampai kepada statis. Penyebab lain ialah
terletak pengaruh zuhd yang terdapat pada ajaran tasawuf. Zuhd, perhatian harus
dipusatkan kepada tuhan. Hal itu akhirnya membawa kepada keadaan umat kurang
mementingkan soal kemasyarakatan dalam Islam. Kemudian menjadi penyebab juga
katanya ialah hancurnya Baghdad, sebagai pusat kemujaun pemikiran umat Idlam
dipertengahan amat ketiga belas. Pada saat itu pintu ijtihad mereka tertutup.
Menurut Muhammad Iqbal hukum dalam Islam
sebenarnya tidak bersifat statis, tetapi dapat berkembang sesuai dengan
perkembangan zaman. Pintu ijtihad tidak pernah tertutup. Islam, menurut Iqbal
pada hakekatnya mengajarkan dinamisme.
Dalam syair-syairnya ia mendorong umat
Islam supaya bergerak dan jangan tinggal diam. Inti sari hidup menurutnya adalah
gerak, sedangkan hukum hidup ialah menciptakan, maka ia berseru kepada umat
Islam supaya bangun dan menciptakan dunia baru.
Di India terdapat dua umat besar, demikian menurut Iqbal. India
pada hakekatnya tersusun dari dua bangsa, bangsa Islam dan bangsa Hindu. Umat
Islam India
harus menuju pada pembentukan Negara tersendiri terpisah dari Negara Hindu di
India.
Tetapi yang patut diingat bahwa bibit ide untuk membentuk Negara
tersendiri sebelumnya sudah dalam ide politik yang ditimbulkan oleh Sayyid
Ahmad Khan, tetapi ide dan tujuan membentuk Negara tersendiri diumumkan secara
resmi dan kemudian menjadi tujuan perjuangan nasional umat Islam India ialah
oleh Muhammad Iqbal Dan Jinnah-lah memperjuangkannya sehingga Pakistan
mempunyai wujud.
KATA PENGANTAR
Harun Nasution, pembaharuan dalam Islam Sejarah pemikiran dan pergerakan, Bulan
Bintang, Jakarta, 1990,
Mukti Ali, Alam Pikiran Islam Modern
di India dan Pakistan, Bandung: Mizan, 1993
Tidak ada komentar:
Posting Komentar