Senin, 10 September 2012

HUTBAH HARI IDUL FITR TERBARU 2012


HUTBAH HARI RAYA TERBARU 2012
IDUL FITRI
OLEH
Mutasir, SHI,
                                                                                             Masjid Al-Huda Terantang-Kampar Riau           

*اَللهُ أَكْبَرُ, اَللهُ أَكْبَرُ, اَللهُ أَكْبَرُ, * اَللهُ أَكْبَرُ, اَللهُ أَكْبَرُ, اَللهُ أَكْبَرُ
*اَللهُ أَكْبَرُ, اَللهُ أَكْبَرُ, اَللهُ أَكْبَرُ, *وَللهِ الْحَمْدُ
اَللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاَ. لاَ اِلَهَ إِلاَّّ اللهُ وَحْدَهُ, صَدَقَ وَعْدَهُ, وَنَصَرَ عَبْدَهُ, وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ اْلأَحْزَابَ وَحْدَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ الله ُ وَحْدَهُ َلا شَرِيْكَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَالتَّابِعِينَ وَتَابِعِيْهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ.
أَمَّا بَعْدُ, فَيَا عِبَادَ الله إِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.

Allahu Akbar ,Allahu Akbar, Allahu Akbar...
Hari ini, ketika matahari mulai merangkak menyapa bumi dan seisinya gema takbir, tasbih dan tahmid pun membahana berkumandang di seluruh penjuru dunia, dari pelosok-pelosok desa dan hinga ke sudut kota baik yang tua maupun muda semua berbondong-bondong datang menghadap Allah SWT menundukkan hati menyerehakan diri, dengan penuh khusyu dan ikhlas kita memuji allah mengagungkan kebesaran-Nya,, hari ini menyadari betapa kecilnya kita dihadapan-Nya, betapa butuhnya kita pada rahmat-Nya, dan betapa tidak berartinya kehidupan ini tanpa agama-Nya.
Dengan rasa haru dan penuh ikhlas,pada hari ini kita semua, mau tidk mau setuju atau tidak kita harus melepas kepergian bulan suci Ramadhan, bulan yang luhur dan mulia yang dipenuhi dengan ampunan dan karunia allah. bulan yang menjadi idola bagi orang-orang beriman, kedatanganny ditunggu-tunggu, kepergiannya ditangisi dan disesali. Ditunggu karena memmbuat hati terasa nyaman dan, hanyut tenggelam dalam kenikmatan yang terdapat didalamnya.
Setelah Sebulan penuh kita bergaul dan berkumpul dengan bulan 'idola' itu. Tidak sedikit peristiwa yang terjadi, banyak adegan yang sungguh menarik, seluruhnya sangat menyenangkan hati.
Dari lubuk hati yang paling dalam, andaikata boleh meminta, akan muncul rengekan, ramadhan janganlah engkau pergi biarkan kami tetap bersamamu kami ingin selalu bersamamu. Tanpa kita sadari penyesalanpun mucul dari dalam diri kita, kenapa kita menyia-nyiakan kesempatan di bulan ramdhan kemaren. Sholat tahajud ga perna, baca alquran sedikit atau mungkin ga ada, sedeka hanya sisa uang kemesjid pun jarang. Padahal kita tidak tahu apakah nati kita akan bertemu dengan bulan ramadhan tahun depan, jangan-jangan ramdhan kemaren adalah ramdhan terakhir bagi kita, mungkin kita tidak akan dapt bersama lagi dengan sanak family di dalam mesjid ini untuk melaksanakan ibadah ramadhan bersujud kepada allah. Ya allah kenapa hati ini terlalu keras sehingga tidak bias dekat kepadamu walau hanya sebentar saja.
Itulah mungkin keadaan yang kita alami sekarang hadirin
Tapi memang seperti itula kita, setelah semuanya berlalu, setelah Ramadhan pergi meninggalkan kita  barulah muncul seribu sesal, meratapi segala apa yang lewat, menerima keadaan penuh kecewa. Setelah seluruhnya terlambat, barulah tersentak ingin berbuat. Apa yang ditolak kemarin sekarang kita baru tahu, kalau ternyata semua itu adalah anugrah terbesar yang khusus diberikan allah kepada kita tapi sayang kita tidak mau menggunakannya dengan baik
Itulah yang pernah dibayangkan Nabi, bahwa hari seperti ini peka sekali, mudah mengundang kenangan lama. Barang yang hilang kembali terbayang, mereka yang telah mati teringat kembali. Terutama bagi anak yatim yang tinggalkan oleh ayahnya anak yang ditinggalkan oleh ibunya, pada hari ini tentu mereka  teringat kepada kedua orang tuanya.
Coba kita renungi nasib mereka hadirin. pada hari bahagia seperti ini, Ketika ia melihat anak-anak yang lain lalu-lalang, datng dan pergi bergandengan tangan dengan orang tuanya, begitu mesra sambil bergurau sepanjang jalan.
Alangkah pedih rasa hantinya. Jantungnya seperti diiris-iris sembilu, terbayang dahulu ketika bersama orng tuanya di saat dia dimanja. Disayangi di cintai terasa sangat bahagia itulah mungkin yang sekarang terbayang oleh mereka, mereka ingin sekali merasakan hangatnya pelukan sayang seorang ayah dan ibu, mereka ingin dimanja seperti anak anak yang lain. Mungkin mereka ingin rindu ingin digendong oleh ayahnya sepertia anak anak yang lain. hari ini yang menemani mereka hanyalah neneknya, kakeknya dan kakk tercinta, tapi sekuat apala perasaan seorang kakak melihat adeknya menangis rindu dengan ayah dan ibunya. Kakk mana yang snggup melihat adeknya seperti itu. Tapi mungkin oleh sang kakak hanya pelukannya la yang dapat ia berikan kepada adeknya. Dan mungkin sekarang mereka sedang menangis tersedu sedan.alangkah sakitnya perasaan mereka, sungguh sebuah pemandangan yang menyayat-nyayat hati.
Suasana Hari Raya memang dapat mengundang perasaan ini. Semua orang bersuka ria, mengenakan pakaian baru, berbondong-bondong ke lapangan, berbaris-baris bersilaturrahim.
Kendatipun si yatim mencoba menahan tangis dengan menggigit bibirnya keras-keras, sambil merenungi nasibnya yang malang, pahitnya hidup jadi anak yatim, tidak akan mungkin lagi merasakan nyamannya hidup punya ayah dan enaknya hidup bila punya ibu. Namun manakala dia sadari bahwa harapannya itu hanya khayalan, barulah tangisnya mulai kedengaran dengan suara yang putus-putus, sambil terisak-isak mulai menyesali dirinya.
Sesungguhnya mereka sudah menyadari bahwa harapannya itu hanyalah khayalan, namun tempo-tempo masih juga terlintas dalam pikirannya, alangkah bahagianya sekiranya diperkenankan bisa kembali berlebaran bersama-sama dengan ayah bundanya serta kakak adiknya, walau hanya sesaat saja. Sambil menatap wajah semua orang, seolah-olah dia bertanya, kemana bisa mencari ayah, dan siapa mau menjadi ibu. Hampir begitu rata-rata maknanya tatapan mata setiap anak yatim pada hari bahagia seperti ini.
Rasulullah tahu persis keadaan ini. Itulah sebabnya pada hari-hari seperti ini, beliau membawa pulang ke rumahnya anak yatim yang didapati menangis sedih di pinggir jalan. Dimintanya isteri beliau menjadi ibunya dan beliau sendiri menjadi ayahnya. Mereka diperlakukan persis seperti anaknya sendiri, dituntun kembali ke lapangan berlebaran bersama-sama.
Mudah-mudahan hadirin apa yang dilakukan oleh rasulullah bias kita ikuti dan kita tiru karena rasulullah menjanjikan kepada kita dalam sebua haditsnya:
“ aku dan anak yatim di surge seperti (dan beliau member isyarat dengan telunjuk dan jari tengahnya, lalu membukanya ( HR. Bukhari, Turmudzi dan abu dawud)”

“ barangsiapa yang meletakkan tangannya di atas kepala anak yatim dengan penuh kasih syang, maka allah akan menuliskan kebaikan pada setiap lembar rambut yang disentuh tangannya. ( HR. Ahmad, Attabrani, Ibnu Hibban, dan Ibnu Abi Aufa)

Allahu Akbar ,Allahu Akbar, Allahu Akbar...
Hadirin penderitaan yang dialami oleh anak yatim tidak jau berbeda dengan penderitaan yang dialamai oleh saudara-saudara kita yang kurang. Kalau anak yatim mereka langsung mersakan penderitaannya, sedangkan orang yang tidak mampu, orang fakir/ miskin, yang merasakan penderitaan saat ini bukan saja anak maereka melainkan satu keluarga tersebut, mereka memang punya aya atau ibu, tapi mcam mana mau membeli baju baru, sementara uang saja ga ada, bagaimana mau membeli dan membuat makanan yang enak untuk makan aj mereka susa.
Anaknya mungkin merengek rengek untuk dibelikan baju, ayah belikan aku baju, aku ingin memakai baju baru aya, seperti teman yang lain aya. pada ayahnya mungkin mereka tidak mendpatkan dan tak ada jawaban merke berlari berharap kepada ibunya, ibu yang membelai dengan lembut  ibu belikan aku baju baru bu seperti teman-teman ku yang lain. Dengan bijaksana ibunya menjawab nak, baju kamu kemaren kan masih ada itu aj pakai dulu bsk kita beli baju baru yang banyak untukmu. Pergola dulu bermain dengan teman temanmu. Setelah anaknya berlalu sang ibupun tak kuasa menahan derain air mata yang membasuhi pipinya sementara di luar sana dengan syupnya suara takbir menggema  Allahu Akbar ,Allahu Akbar, Allahu Akbar...
Sang ibupun dengan langkah lunglai dan berat ia langkahkan kakinya menuju rumah bergabung dengan jemaah lain mengucapkan kalimat takbir tahmid dan tahmid Allahu Akbar ,Allahu Akbar, Allahu Akbar... kalimat itu begitu menggema , membuat tubuh gemetar, airmata berjatuhan, kalimat itu seakan menusuk sanubari kita, mungkin karena kalimat itu di ucapkan oleh seorang ibu tadi. Ibu yang sekrang ini berada diantara kita did lam mesjid ini, kita tidak tau ntah di mana ibu itu duduk nta satu syaf dengn kita, atau mungkin dia depan syaf kita, belakang kita, atau mungkin samping kita, kita mungkin tidak tau, karena selama ini kita memang tidak mau tau dengan penderitaan orang lain kita hanya memntingkan keluarga kita, kita hanya mementingkan kebahagiaan anak kita, sementara di luar sana mereka mengharapakan belas kasihan dari kita.
Dimana rasa persaudaraan kita? Bukankah dia adalah saudara kita bukankah yang membuat dia berbeda tingkatan dengan kita seperti itu adalah sang maha pencipta? Lalu apakah kita bisa menjamin kalau kita lebih mulia darinya, dengan semua yang kita miliki? Atau jangan jangan diala sebenarnya hamba yang dicintai oleh allah ………..subhanallah maha suci engkau ya allah………. Allahu Akbar, Allahu Akbar...
Oleh karena itu hadirin salah satu hikmah dari zakat fitrah adalah untuk mengobati penderitaan saudara-saudara kita  sebagimana dalam hadit rasul yang berbunyi

     فَرَضَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ زَكَاةَ الْفِطْرِ طُهْرَةً لِلصَّائِمِ مِنَ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ وَطُعْمَةً لِلْمُسَاكِيْنِ فَمَنْ أَدَّهَا قَبْلَ الصَّلاَةِ فَهِىَ زَكَاةٌ مَقْبُوْلَةٌ، وَمَنْ أَدَّهَا بَعْدَ الصَّلاَةِ فَهِيَ صَدَقَةٌ مِنَ الصَّدَقَاتِ. (رواه أبو داود وإبن ماجه)

Artinya:“Zakat fitrah adalah pembersih bagi orang yang berpuasa dari tindak laku yang sia-sia dan perbuatan yang kurang baik, sebagai hidangan bagi orang-orang miskin, maka barangsiapa yang menunaikannya sebelum shalat ‘Ied, itulah zakat yang diterima (sebagai zakat fitrah) dan barangsiapa yang menunaikannya sesudah shalat ‘Ied, maka ia adalah shadaqah biasa sebagaimana shadaqah-shadaqah yang lain”. (HR. Abu Daud dan Ibnu Majah).

Dengan zakat fitra itu diharpkan semua kita yang merayakan kemenangan ini benar benar dalam keadaan bahagia. Dan kitapun tidak di kecam oleh allah dan rasulnya. Karena dalam sebuah hadit dikatakan
لَيْسَ الْمُؤْمِنُ الَّذِي يَشْبَعُ وَجَارُهُ جَائِعٌ
“Bukan seorang mukmin yang dia kenyang sementara tetangganya lapar.” (Shahih Al-Adabul Mufrad no. 82)
بارك الله لي ولكم في القرآن العظيم ، ونفعني وإياكم بما فيه من الآيات والذكر الحكيم ، أقول قولي هذا فاستغفروه إنه هو الغفور الرحيم ….
Lihat Fb Mutasir Riau





1 komentar:

Centre Ilmu mengatakan...

khutbah ini di buat berdasarkan realita yang terjadi di lapangan yang cocok untuk kalangan masyarakat....is the very good