HUTBAH HARI RAYA TERBARU 2012
IDUL FITRI
Masjid Al-Huda Terantang-Kampar Riau
*اَللهُ أَكْبَرُ, اَللهُ أَكْبَرُ, اَللهُ أَكْبَرُ, * اَللهُ أَكْبَرُ, اَللهُ أَكْبَرُ, اَللهُ أَكْبَرُ
*اَللهُ أَكْبَرُ, اَللهُ أَكْبَرُ, اَللهُ أَكْبَرُ, *وَللهِ الْحَمْدُ
اَللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاَ. لاَ اِلَهَ إِلاَّّ اللهُ وَحْدَهُ, صَدَقَ وَعْدَهُ, وَنَصَرَ عَبْدَهُ, وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ اْلأَحْزَابَ وَحْدَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ الله ُ وَحْدَهُ َلا شَرِيْكَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَالتَّابِعِينَ وَتَابِعِيْهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ.
أَمَّا بَعْدُ, فَيَا عِبَادَ الله إِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.
Allahu Akbar ,Allahu Akbar, Allahu Akbar...
Hari ini, ketika matahari mulai merangkak menyapa bumi dan
seisinya gema takbir, tasbih dan tahmid pun membahana berkumandang di seluruh penjuru dunia, dari pelosok-pelosok desa dan hinga ke sudut kota
baik yang tua maupun muda semua berbondong-bondong datang menghadap Allah
SWT menundukkan hati menyerehakan diri, dengan penuh khusyu dan ikhlas kita
memuji allah mengagungkan kebesaran-Nya,, hari ini menyadari betapa kecilnya
kita dihadapan-Nya, betapa butuhnya kita pada rahmat-Nya, dan betapa tidak
berartinya kehidupan ini tanpa agama-Nya.
Dengan rasa haru dan
penuh ikhlas,pada hari ini kita semua, mau tidk mau setuju atau tidak kita
harus melepas kepergian bulan suci Ramadhan, bulan yang luhur dan mulia yang
dipenuhi dengan ampunan dan karunia allah. bulan yang menjadi idola bagi
orang-orang beriman, kedatanganny ditunggu-tunggu, kepergiannya ditangisi dan
disesali. Ditunggu karena memmbuat hati terasa nyaman dan, hanyut tenggelam
dalam kenikmatan yang terdapat didalamnya.
Setelah Sebulan penuh
kita bergaul dan berkumpul dengan bulan 'idola' itu. Tidak sedikit peristiwa
yang terjadi, banyak adegan yang sungguh menarik, seluruhnya sangat
menyenangkan hati.
Dari lubuk hati yang paling
dalam, andaikata boleh meminta, akan muncul rengekan, ramadhan janganlah engkau
pergi biarkan kami tetap bersamamu kami ingin selalu bersamamu. Tanpa kita sadari
penyesalanpun mucul dari dalam diri kita, kenapa kita menyia-nyiakan kesempatan
di bulan ramdhan kemaren. Sholat tahajud ga perna, baca alquran sedikit atau
mungkin ga ada, sedeka hanya sisa uang kemesjid pun jarang. Padahal kita tidak
tahu apakah nati kita akan bertemu dengan bulan ramadhan tahun depan,
jangan-jangan ramdhan kemaren adalah ramdhan terakhir bagi kita, mungkin kita
tidak akan dapt bersama lagi dengan sanak family di dalam mesjid ini untuk
melaksanakan ibadah ramadhan bersujud kepada allah. Ya allah kenapa hati ini
terlalu keras sehingga tidak bias dekat kepadamu walau hanya sebentar saja.
Itulah mungkin keadaan yang kita alami sekarang hadirin
Tapi memang seperti
itula kita, setelah semuanya berlalu, setelah Ramadhan pergi meninggalkan kita barulah muncul seribu sesal, meratapi segala
apa yang lewat, menerima keadaan penuh kecewa. Setelah seluruhnya terlambat,
barulah tersentak ingin berbuat. Apa yang ditolak kemarin sekarang kita baru
tahu, kalau ternyata semua itu adalah anugrah terbesar yang khusus diberikan
allah kepada kita tapi sayang kita tidak mau menggunakannya dengan baik
Itulah yang pernah
dibayangkan Nabi, bahwa hari seperti ini peka sekali, mudah mengundang kenangan
lama. Barang yang hilang kembali terbayang, mereka yang telah mati teringat
kembali. Terutama bagi anak yatim yang tinggalkan oleh ayahnya anak yang ditinggalkan
oleh ibunya, pada hari ini tentu mereka
teringat kepada kedua orang tuanya.
Coba kita renungi nasib
mereka hadirin. pada hari bahagia seperti ini, Ketika ia melihat anak-anak yang
lain lalu-lalang, datng dan pergi bergandengan tangan dengan orang tuanya,
begitu mesra sambil bergurau sepanjang jalan.
Alangkah pedih rasa
hantinya. Jantungnya seperti diiris-iris sembilu, terbayang dahulu ketika
bersama orng tuanya di saat dia dimanja. Disayangi di cintai terasa sangat
bahagia itulah mungkin yang sekarang terbayang oleh mereka, mereka ingin sekali
merasakan hangatnya pelukan sayang seorang ayah dan ibu, mereka ingin dimanja
seperti anak anak yang lain. Mungkin mereka ingin rindu ingin digendong oleh
ayahnya sepertia anak anak yang lain. hari ini yang menemani mereka hanyalah
neneknya, kakeknya dan kakk tercinta, tapi sekuat apala perasaan seorang kakak
melihat adeknya menangis rindu dengan ayah dan ibunya. Kakk mana yang snggup
melihat adeknya seperti itu. Tapi mungkin oleh sang kakak hanya pelukannya la yang
dapat ia berikan kepada adeknya. Dan mungkin sekarang mereka sedang menangis
tersedu sedan.alangkah sakitnya perasaan mereka, sungguh sebuah pemandangan
yang menyayat-nyayat hati.
Suasana Hari Raya memang
dapat mengundang perasaan ini. Semua orang bersuka ria, mengenakan pakaian
baru, berbondong-bondong ke lapangan, berbaris-baris bersilaturrahim.
Kendatipun si yatim
mencoba menahan tangis dengan menggigit bibirnya keras-keras, sambil merenungi
nasibnya yang malang, pahitnya hidup jadi anak yatim, tidak akan mungkin lagi
merasakan nyamannya hidup punya ayah dan enaknya hidup bila punya ibu. Namun
manakala dia sadari bahwa harapannya itu hanya khayalan, barulah tangisnya
mulai kedengaran dengan suara yang putus-putus, sambil terisak-isak mulai
menyesali dirinya.
Sesungguhnya mereka
sudah menyadari bahwa harapannya itu hanyalah khayalan, namun tempo-tempo masih
juga terlintas dalam pikirannya, alangkah bahagianya sekiranya diperkenankan
bisa kembali berlebaran bersama-sama dengan ayah bundanya serta kakak adiknya,
walau hanya sesaat saja. Sambil menatap wajah semua orang, seolah-olah dia
bertanya, kemana bisa mencari ayah, dan siapa mau menjadi ibu. Hampir begitu
rata-rata maknanya tatapan mata setiap anak yatim pada hari bahagia seperti
ini.
Rasulullah tahu persis
keadaan ini. Itulah sebabnya pada hari-hari seperti ini, beliau membawa pulang
ke rumahnya anak yatim yang didapati menangis sedih di pinggir jalan.
Dimintanya isteri beliau menjadi ibunya dan beliau sendiri menjadi ayahnya.
Mereka diperlakukan persis seperti anaknya sendiri, dituntun kembali ke
lapangan berlebaran bersama-sama.
Mudah-mudahan hadirin apa yang dilakukan oleh rasulullah bias kita
ikuti dan kita tiru karena rasulullah menjanjikan kepada kita dalam sebua
haditsnya:
“ aku dan anak yatim di
surge seperti (dan beliau member isyarat dengan telunjuk dan jari tengahnya,
lalu membukanya ( HR. Bukhari, Turmudzi dan abu dawud)”
“ barangsiapa yang
meletakkan tangannya di atas kepala anak yatim dengan penuh kasih syang, maka
allah akan menuliskan kebaikan pada setiap lembar rambut yang disentuh
tangannya. ( HR. Ahmad, Attabrani, Ibnu Hibban, dan Ibnu Abi Aufa)
Allahu Akbar ,Allahu Akbar, Allahu Akbar...
Hadirin penderitaan yang dialami oleh anak yatim
tidak jau berbeda dengan penderitaan yang dialamai oleh saudara-saudara kita
yang kurang. Kalau anak yatim mereka langsung mersakan penderitaannya,
sedangkan orang yang tidak mampu, orang fakir/ miskin, yang merasakan
penderitaan saat ini bukan saja anak maereka melainkan satu keluarga tersebut,
mereka memang punya aya atau ibu, tapi mcam mana mau membeli baju baru,
sementara uang saja ga ada, bagaimana mau membeli dan membuat makanan yang enak
untuk makan aj mereka susa.
Anaknya mungkin merengek rengek untuk dibelikan
baju, ayah belikan aku baju, aku ingin memakai baju baru aya, seperti teman
yang lain aya. pada ayahnya mungkin mereka tidak mendpatkan dan tak ada jawaban
merke berlari berharap kepada ibunya, ibu yang membelai dengan lembut ibu belikan aku baju baru bu seperti
teman-teman ku yang lain. Dengan bijaksana ibunya menjawab nak, baju kamu
kemaren kan masih ada itu aj pakai dulu bsk kita beli baju baru yang banyak
untukmu. Pergola dulu bermain dengan teman temanmu. Setelah anaknya berlalu
sang ibupun tak kuasa menahan derain air mata yang membasuhi pipinya sementara
di luar sana dengan syupnya suara takbir menggema Allahu Akbar ,Allahu Akbar, Allahu
Akbar...
Sang ibupun dengan langkah lunglai dan berat ia
langkahkan kakinya menuju rumah bergabung dengan jemaah lain mengucapkan
kalimat takbir tahmid dan tahmid Allahu Akbar ,Allahu Akbar, Allahu Akbar...
kalimat itu begitu menggema , membuat tubuh gemetar, airmata berjatuhan,
kalimat itu seakan menusuk sanubari kita, mungkin karena kalimat itu di ucapkan
oleh seorang ibu tadi. Ibu yang sekrang ini berada diantara kita did lam mesjid
ini, kita tidak tau ntah di mana ibu itu duduk nta satu syaf dengn kita, atau
mungkin dia depan syaf kita, belakang kita, atau mungkin samping kita, kita
mungkin tidak tau, karena selama ini kita memang tidak mau tau dengan
penderitaan orang lain kita hanya memntingkan keluarga kita, kita hanya
mementingkan kebahagiaan anak kita, sementara di luar sana mereka mengharapakan
belas kasihan dari kita.
Dimana rasa persaudaraan kita? Bukankah dia adalah
saudara kita bukankah yang membuat dia berbeda tingkatan dengan kita seperti
itu adalah sang maha pencipta? Lalu apakah kita bisa menjamin kalau kita lebih
mulia darinya, dengan semua yang kita miliki? Atau jangan jangan diala
sebenarnya hamba yang dicintai oleh allah ………..subhanallah maha suci engkau
ya allah………. Allahu Akbar, Allahu Akbar...
Oleh karena itu hadirin salah satu hikmah dari
zakat fitrah adalah untuk mengobati penderitaan saudara-saudara kita sebagimana dalam hadit rasul yang berbunyi
فَرَضَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ زَكَاةَ الْفِطْرِ طُهْرَةً لِلصَّائِمِ مِنَ اللَّغْوِ
وَالرَّفَثِ وَطُعْمَةً لِلْمُسَاكِيْنِ فَمَنْ أَدَّهَا قَبْلَ الصَّلاَةِ فَهِىَ
زَكَاةٌ مَقْبُوْلَةٌ، وَمَنْ أَدَّهَا بَعْدَ الصَّلاَةِ فَهِيَ صَدَقَةٌ مِنَ
الصَّدَقَاتِ. (رواه أبو داود وإبن ماجه)
Artinya:“Zakat fitrah adalah pembersih bagi orang yang berpuasa
dari tindak laku yang sia-sia dan perbuatan yang kurang baik, sebagai hidangan
bagi orang-orang miskin, maka barangsiapa yang menunaikannya sebelum shalat
‘Ied, itulah zakat yang diterima (sebagai zakat fitrah) dan barangsiapa yang
menunaikannya sesudah shalat ‘Ied, maka ia adalah shadaqah biasa sebagaimana
shadaqah-shadaqah yang lain”. (HR. Abu Daud dan Ibnu Majah).
Dengan zakat fitra itu diharpkan semua kita yang
merayakan kemenangan ini benar benar dalam keadaan bahagia. Dan kitapun tidak
di kecam oleh allah dan rasulnya. Karena dalam sebuah hadit dikatakan
لَيْسَ الْمُؤْمِنُ الَّذِي يَشْبَعُ وَجَارُهُ جَائِعٌ
“Bukan seorang mukmin yang dia kenyang sementara tetangganya
lapar.” (Shahih Al-Adabul
Mufrad no. 82)
بارك
الله لي ولكم في القرآن العظيم ، ونفعني وإياكم بما فيه من الآيات والذكر الحكيم ،
أقول قولي هذا فاستغفروه إنه هو الغفور الرحيم ….
Lihat Fb Mutasir Riau
1 komentar:
khutbah ini di buat berdasarkan realita yang terjadi di lapangan yang cocok untuk kalangan masyarakat....is the very good
Posting Komentar